Mohon Sebarkan!!! Tersiram Air Teh Mendidih, Tubuh Bayi Ini Melepuh, Orang Tuanya Kesulitan Biaya
Mohon Sebarkan!!! Tersiram Air Teh Mendidih, Tubuh Bayi Ini Melepuh, Orang Tuanya Kesulitan Biaya
Mohon Sebarkan!!! Tersiram Air Teh Mendidih, Tubuh Bayi Ini Melepuh, Orang Tuanya Kesulitan Biaya |
HARIAN REDAKSI. Muhammad Revansyah (8 bulan) harus mendapat perawatan intensif di RS Adela, Slawi. Tubuhnya melepuh hampir 90 persen, setelah tersiram air panas kemarin.
Anak pertama pasangan Rakhimin (40) dan Sri Nur Santi (30) sebelumnya tengah bermain dengan ibunya di ruang tamu rumahnya RT 5 RW 1 Desa Trayeman Kecamatan Slawi. Kala itu, Reva (sapaan akrab bayi malang itu) sedang bermain dan duduk di kereta dorongnya.
Melihat anaknya sibuk bermain, Sri kembali ke dapur untuk mengangkat nasi yang sedang ditanaknya. Tiba-tiba, dia mendengar anaknya menangis.
Dia pun langsung berlari ke ruang tamu. Sri terkejut melihat tubuh anak semata wayangnya tersiram air teh panas yang diletakkan di meja ruang tamu.
"Sebelum kejadian itu, saya memang meletakkan air teh panas dalam teko di atas meja. Mungkin, air dalam teko itu tumpah ditarik anak saya," kata Sri Nur Santi saat ditemui di RS Adela Slawi, Jumat (12/2) pagi.
Peristiwa nahas itu, kata Sri Nur Santi, terjadi pada hari Jumat 29 Januari 2016 lalu. Pascakejadian itu, anaknya langsung dibawa ke RS Adela setelah sebelumnya Sri Nur Santi menghubungi suaminya yang sedang bekerja. Suaminya bekerja sebagai tukang cukur (potong rambut) di wilayah Desa Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna.
"Awal mula masuk ke RS Adela ini, anak saya langsung diterima dan diberikan penanganan medis. Saat itu saya bilang ke pihak RS tolong selamatkan anak saya, masalah biaya nanti saya usahakan untuk membayarnya meskipun harus pinjam," ujar Rakhimin, ayah reva.
Sebenarnya, Rakhimin tidak punya uang banyak untuk membiayai anaknya itu. Dia mengaku saat ini hanya punya uang Rp2 juta. Sedangkan proses pengobatan penyembuhan anaknya, tentu membutuhkan biaya hingga puluhan juta rupiah.
Sungguh berat beban yang dialami keluarga Rakhimin saat ini. Dia tidak tahu harus mencari uang kemana lagi. Sedangkan biaya rumah sakit sampai dengan hari ke 15 ini, sudah mencapai Rp 16 juta. Saat ditanya sudah berupaya apa saja, dia mengaku sudah meminta bantuan ke Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.
Tapi, alangkah terkejutnya ketika dua dinas itu ternyata tidak bisa memberikan bantuan apapun. Meski begitu, dia tidak patah arang. Dia kemudian meminta bantuan ke Bupati dan Wakil Bupati Tegal dengan melayangkan surat yang dititipkan melalui bagian Tata Usaha Setda Pemkab Tegal. Namun hasilnya, hingga kini belum terjawab.
"Saya akhirnya pinjam uang ke saudara. Dan saudara mau meminjamkan uang ke saya sebesar Rp7 juta. Sehingga jumlah totalnya R 9 juta dengan uang milik saya pribadi yakni Rp2 juta," kata Rakhimin dengan mata berkaca-kaca.
Rakhimin mengungkapkan, Reva dirawat di RS Adela sebagai pasien umum karena belum menjadi anggota BPJS kesehatan ataupun asuransi kesehatan lainya. Mengingat hal itu, dia kemudian membuat surat keterangan tidak mampu (SKTM) untuk diberikan kepada pihak RS. Tujuannya, supaya ada keringanan biaya untuk anaknya.
"Semoga dengan cara ini, rumah sakit bisa memberikan keringanan untuk biaya anak kami," ucapnya berharap.
Humas RS Adela Slawi, Lesti Avanti menyatakan, pihak RS akan memberikan kelonggaran waktu kepada keluarga Muhammad Revansyah ihwal biaya perawatan dan pengobatan. Selain itu, pihaknya juga akan memberikan keringanan biaya dari total yang harus dibayarkan pihak keluarga revansyah.
"Kami akan memberikan keringanan (biaya). Tapi kami harus koordinasi dulu dengan komisaris (pimpinan RS Adela)," ujarnya.
Lesti membenarkan bahwa Dinkes dan Dinsos tidak bisa memberikan bantuan berupa uang untuk mengurangi biaya perawatan dan pengobatan Reva selama dirawat di rumah sakit tersebut. Namun, Dinkes dan Dinsos berjanji bakal memfasilitasi untuk merujuk pasien ke RSUD dr Soeselo Slawi dalam waktu dekat ini.
"Kalau di rumah sakit swasta, Dinkes dan Dinsos tidak bisa memberikan bantuan. Tapi kalau di rumah sakit daerah, akan diupayakan dapat bantuan," kata Lesti yang sebelumnya sudah koordinasi dengan pejabat Dinkes dan Dinsos setempat.
Lesti menambahkan, dari pertama kali pasien datang ke RS Adela tidak ada penolakan ataupun menahan pasien untuk tidak meninggalkan RS lantaran persoalan administrasi (biaya). Pihak rumah sakit justru memberikan pertolongan maksimal meski biayanya belum dipastikan ada.
"Saat pasien datang, kami langsung lakukan penanganan. Walaupun tidak ada uang, yang penting pasien harus diselamatkan dulu," tandasnya.
sumber: radartegal.com